Kamis, 12 Januari 2012

Senjata Bakar Diri Para Biksu



Kemarin, sebagaimana warta AP dan AFP, keduanya membakar diri. Hal itu dilakukan sebagai bentuk protes atas kebijakan China di Tibet. Choepel dan Khayang membakar diri di Jalan Aba atau yang disebut warga Tibet di situ sebagai Ngaba. Di Sichuan, kawasan itu didiami komunitas terbesar Tibet.

Lembaga Free Tibet dari Inggris dalam sebuah pernyataan mengatakan, Choepel dikeluarkan dari biara setelah seorang biksu membakar diri Maret silam. Sementara alasan Khayang (18) keluar dari biara tidak jelas. Kendati begitu, banyak pemuda Buddha yang memang memilih untuk menghabiskan sejumlah waktu sebagai biksu. "Mereka melipat tangan mereka dalam gerakan memohon dan meneriakkan protes atas kebijakan China," kata Kanyak Tsering, seorang biksu di biara Dharamsala, India, kepada Radio Free Asia.

Dia mengatakan, polisi memadamkan api dan membawa mereka ke rumah sakit. "Bahkan, saat mereka ditarik, Khayang masih terlihat mengepalkan tangannya ke udara dan berteriak," kata Kanyak Tsering.

Salah satu dari remaja itu dilaporkan meninggal.

Mengorbankan Diri

Biara Kirti selama ini memang dikenal sebagai tempat aksi protes anti-pemerintahan China. Pasukan keamanan China memang sedang merazia biara tersebut.

Tiga biksu dari biara ini dipenjara seumur hidup karena membantu seorang biksu lainnya mengorbankan diri. Sementara itu, banyak biksu yang tersisa diperintahkan untuk mengikuti apa yang disebut pemerintah sebagai pendidikan hukum.

Beijing mengatakan para biksu ini telah melakukan tindakan yang ditujukan untuk mengganggu kenyamanan sosial, termasuk perusakan dan pengorbanan diri sendiri.

Free Tibet mengatakan ada kabar yang beredar di Ngaba bahwa lusinan biksu siap untuk mengorbankan diri mereka. Tak hanya itu, selebaran menyebutkan warga siap mati untuk aksi protes.

"Ini adalah bukti ada banyak pemuda Tibet yang berani, yang mau menarik perhatian global terkait pelanggaran hak asasi manusia terbesar dan terpanjang di dunia, dengan risiko apa pun," kata Direktur Free Tibet Stephanie Brigden.

"Komunitas internasional tidak bisa lagi diam saat menghadapi kekerasan yang dilakukan Pemerintah China terhadap warga Tibet. Ini waktunya untuk membela," katanya.

Banyak warga Tibet yang mengeluh tentang pertumbuhan dominasi etnis Han China—yang sengaja dipindahkan ke Tibet—dan dipandang sebagai upaya untuk menghilangkan kebudayaan Tibet.

Akan tetapi, China, yang menyalahkan pemimpin keagamaan Tibet, Dalai Lama, atas kekerasan di Tibet, beralasan pemerintah justru telah meningkatkan taraf hidup warga Tibet.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar